Essai
”Alam Murka Karena Ulah Manusia, Sehingga kasih sayang Berubah Jadi Bencana”
Oleh : Masriana, S.Pd.I ( Guru MIN 27 Aceh Besar)
Kerusakan di muka bumi dan di lautan tidak lain terjadi karena buah tangan manusia. Dampak dari kerusakan ini kemudian berimbas kepada bukan hanya pelaku kerusakan, tetapi juga kepada semuanya. sebagaimana firman Allah dalam Surat Ar-Rum ayat 41: yang artinya “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah membuktikan kepada makhluknya sebagian dari dampak perbuatan mereka. Semoga mereka kembali ke jalan yang benar.” Ayat ini merupakan bukti nyata peringatan atas dampak kerusakan lingkungan baik di darat maupun di laut akibat ulah manusia.
Perilaku manusia yang kerap kali tanpa disadari ternyata merusak alam. Kemurkaan alam ini akibat dari manusia tidak mampu menahan hawa nafsunya untuk merawat dan melestarikan alam. sehingga cukuplah menjadi alasan bagi Allah SWT untuk menurunkan murkaNYA, dengan tujuan supaya manusia sadar dan berupaya untuk menjaga alam. Bencana itu juga sebagai pengingat bahwa ada kiamat sugra dan kiamat kubra. Murka atau Bencana salah satu cara Allah SWT berkomunikasi dengan manusia seperti banjir, angin topan, longsor, gempa dan tsunami.
Akibat ulah manusia banyak tragedi yang terjadi di alam, salah satunya bencana besar yang sangat membekas dimemori kita adalah bencana tsunami yang terjadi di Aceh, Tepatnya di kota Banda Aceh. pagi itu, minggu 26 desember 2004, saya melakukan aktifitas pagi seperti biasanya, menyuci dan menjemur pakaian. tiba-tiba ada yang aneh seperti bumi berayun. Gerakannya semakin lama terasa semakin kuat, dan saya menjadi panik. Karena terlau panik, tidak tau apa yang harus saya lakukan. Tiba – tiba adik datang dan membawa saya ke tempat aman. Kami semua berkumpul di halaman rumah sambil mengucapkan kalimat thayyibah, lailahailallah muhammadarasulullah, kalimat itu terus dan terus kami ulang-ulang. Tanpa sengaja pandangan kami menoleh kearah laut, tampak laut mengering dan banyak ikan berlompat – lompatan. Di sana terlihat juga orang- orang yang sibuk mengambil ikan .
Tidak berselang lama, kami dikejutkan lagi dengan suara gemuruh yang menakutkan dan terdengar suara orang-orang berteriak histeriiiis “ ie laot di ek…. ie laot di ek…. ie laot di ek…. ( air laut naik ). Di tengah kepanikan ribuan orang berhamburan tak tentu arah. Kecelakaanpun tidak bisa elakkan. Kejadian itu begitu dahsyat, seakan dalam mimpi. Air laut naik ke permukaan menerjang pepohonan dan bangunan-bangunan. Saya juga ikut terbawa arus dan berusaha menyelamatkan diri dengan bergantung pada sepotong kayu, dalam keadaan terombang ambing saya naik ke atas kayu tersebut. Alhamdulillah dengan kuasa Allah arus yang dahsyat tersebut seakan mengantarkan saya ke sebuah bangunan dua lantai, dan tiba- tiba ada yang mengulurkan tangan, memberikan bantuan untuk naik ke bangunan tersebut.
Sesaat kemudian airpun surut kembali, tampaklah mayat-mayat diantara puing-puing bangunan dan pepohonan. Disitupun saya teringat dengan keluarga, dimanakah mereka, apakah selamat, atau bagaimana? Diantara puing-puing saya berjalan untuk mencari keluarga saya, namun dihari itu pencarian saya tidak membuahkan hasil. Alhamdulillah setelah dua hari berlalu saya mendapat khabar bahwa keluarga selamat dan berada di stasion TVRI Gue Gajah. Dan saya pun segera menyusul ke sana dan kami dapat berkumpul kembali. Relawanpun dari berbagai daerah dan Negara berdatangan ke Aceh untuk mengevakuasi mayat-mayat. Mayat- mayat tersebut dikebumikan secara massal di kuburan massal, salah satunya kuburan massal siron yang berlokasi d Gampong Siron kecamatan Ingin jaya Lambaro Kabupaten Aceh Besar.
Dari musibah ini, kita dapat mengambil hikmahnya untuk lebih banyak mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjauhkan larangannya serta menjaga lingkungan. untuk mengenang dahsyatnya musibah tsunami didirikanlah museum tsunami yang berlokasi dikawasan blang padang kota banda aceh yang di rancang oleh Dr.( H.C.) H.Mochammad Ridwan Kamil, S.T.,M.U.D.