Kisah Inspiratif “Usaha Takkan Menghianati Hasil”

Kisah Inspiratif

“Usaha Takkan Menghianati Hasil”

Karya : Nurmayasari, S.Pd (Persgu MINAT Tabloid)

Can itu sebutan untuk seorang balita yang terlahir dalam keluarga dengan ekonomi dibawah rata rata. Keluarga can beranggotakan empat orang yaitu ayah, ibu, kakak dan can.Karena tingkat ekonominya yang rendah keluarga can di jauhi dan dikucilkan oleh masyarakat serta kerabat bahkan family dekat ikut juga menjauhi mereka.

Rumah keluarga can terbuat dari anyaman pelepah pohon sagu yang pada saat musim panas cahaya matahari akan menembus bilik bilik rumah dari lubang lubang kecil yang ada di dinding. Rumah keluarga kecil ini, beralaskan tanah tanpa alas tikar ataupun karpet dikarenakan keluarga can tidak mempunyai biaya untuk membeli semen,daun jendelapun sudah rusak,atap rumahnya dipenuhi lubang dimana mana dan terlihat sangat rapuh tapi manakala kita lihat di malam hari maka akan terlihat seperti sebuah rumah yang dipenuh bintang nan indah sekali menjadi hiburan tersendiri bagi penghuni rumah namun amatlah disayangkan manakala musim penghujan datang wadah-wadah kecil tersusun sangat banyak dilantai rumah untuk menampung tetesan air yang jatuh menembus atap rumah dan membasahi lantai tanah rumah Can.

Suatu hari ketika tak ada bekal apapun lagi di rumah keluarga kecil ini selain beras dan garam untuk di makan,ibu can tiba tiba melihat ada tetangga yang ingin membuang minyak bekas menggoreng teri yang sudah bewarna hitam pekat dipenuhi sisa sisa teri dan ampas teri beliau memberanikan diri untuk bertanya
Ibu can: bu apakah minyak ini akan dibuang
Tetangga: iya ini mau saya buang karena sudah tidak layak pakai lagi
Ibu can: bolehkan jika itu di berikan kepada saya saja
Tetangga: minyak ini hanya sedikit dan ini sudah gatal jika dimakan serta tidak bisa dipakai lagi
Ibu can: tidak apa bu, saya sangat bersyukur jika ibu memberikan minyak bekas ini kepada saya
Tetangga: jika ini bisa membantumu maka ambillah minyak bekas ini
Ibu can :terimakasih
Dengan perasaan yang sangat senang ibu can menerima minyak bekas tersebut karena membayangkan hari itu keluarganya bisa makan nasi goreng dengan menggunakan minyak tersebut.

Waktu berlalu terasa sangat lama dengan berbagai macam kepedihan, hinaan, cacian dan segala macam kesengsaraan yang telah dirasakan,mulai dari makan seadanya yang sangat jauh dari apa yang dinamakan 4 sehat 5 sempurna sampai sampai mereka hanya bisa mencium bau daging di rumah tetangga ketika hari meugang tiba. Seakan cobaan tak pernah berhenti di keluarga kecil ini, sampai ayahnya terserang penyakit hingga tak bisa bangun dan melihat lagi karna jarak pandangnya matanya terganggu dan penglihatannya sudah kabur.

Namun semua kepahitan hidup itu berubah ketika pada tahun 2004 terjadi Tsunami ketika itu ayah can ditawari pekerjaan oleh beberapa toke/bos besar, beliau ditawari pekerjaan sebagai kuli bongkar muat barang tanpa berfikir panjang beliau langsung mengiyakan pekerjaan tersebut, masih di ingat dengan sangat jelas oleh can malam itu ayahnya membawa pulang uang berwarna merah dan itu untuk pertama kalinya kedalam keluarga kecil itu, sampai ibunya berkata : ayah….sambil memandang uang dengan nominal 100 ribu yang belum pernah dilihat sebelumnya…alangkah baiknya kita simpan saja uang ini jangan kita gunakan”
Ayahnya pun menjawab “iya bu ini kita simpan untuk pendidikan anak anak kita”

Mulai dari saat itu keluarga ini pun mulai berubah perekonomiannya sedikit demi sedikit, tetangga yang dulunya julid kini mulai ramah, sanak family yang dulunya menjauh kini mulai dekat kembali, semua berubah keluarga ini mulai membenahi rumahnya sedikit demi sedikit secara bersama sama. Dimulai dari setiap malam selepas sholat Magrib mereka mulai menggali tanah untuk membuat pondasi rumah dan itu dikerjakan sendiri dari mulai anak yang terkecil hingga ayah yang baru pulang kerja dimalam hari,ibu can pada waktu siang hari merangkai besi yang diikat menjadi besi pondasi rumah, hingga dibulan ketiga selesailah pondasi rumah mereka. Hari berlalu tahunpun berganti tahun.Ditahun ketiga barulah selesai rumah Can yang berdiri dengan kokoh walau banyak drama yang tak terduga terjadi dibalik pembangunan rumah tersebut.

Perekonomian keluarga ini mulai membaik semua berjalan dengan baik hingga terjadilah satu peristiwa yang merubah semua senyum menjadi murung kembali,ayah can mengalami musibah tertabrak pohon asam jawa ketika berada di atas mobil saat ingin menurunkan barang, hingga darah segar keluar dari mulutnya, mulai dari peristiwa naas ini kodisi ayahnya mulai sakit sakitan terkadang tidak masuk kerja, tak beberapa lama kemudian sambil membesuk sepupu dari ayahnya berkata bang tolong ajak saya bekerja di tempat kerjamu. Akhirnya Dengan melalui berbagai proses akhirnya yah can membawa sepupunya ke tempat kerja. Dikarenakan kondisi ayahnya kurang sehat dalam satu minggu terkadang tidak masuk kerja satu hari dan itu sering terulang di minggu minggu berikutnya,
Hingga tanpa konfirmasi sepupu dari ayah Can yang sudah berhasil bekerja ditempat yang sama dengan ayah Can memasukkan orang lain dan mengeluarkan ayah Can dari tempatnya bekerja.

Saat itu Can sudah duduk di bangku SMA dan sedang menunggu pengumuman kelulusan.
Sepulangnya dari sekolah ayah can mengajak can untuk berbicara beserta semua anggota keluarga, kata yang pertama kali di ucapkan ayahnya adalah “dik kamu tidak usah melanjutkan kuliah ya biar kakak saja yang kuliah ayah telah dikeluarkan dari tempat kerja dan uang tabungan ayah tidak cukup untuk membiayai dua orang anak sekaligus untuk kuliah.Seketika jantung Can terasa sesak tak tertahankan tangan yang tadi hangat berubah menjadi dingin, wajah yang tadinya ceria berubah menjadi tak berwarna Can pucat pasi seakan semua warna di hidupnya berubah menjadi abu abu. Tak lama setelah terdiam dia pun tersenyum pada ayahnya dan mengangguk lalu beranjak dari tempat duduknya,.
Can Pergi tanpa tujuan ia melihat sepertinya dunia semua menjadi gelap tanpa cahaya,apa yang selama ini menjadi impiannya telah hancur didepan mata,hancur berkeping keping tanpa ia mampu untuk mempertahankannya.

Beberapa hari berlalu dengan dengan duka yang menyayat hati hingga pada suatu hari ibunya datang dan berkata ” Dik jangan ragu daftar lah untuk kuliah kejar mimpimu ibu akan mendukungmu,ibu akan melakukan apapun untuk mu”
Bukan hanya sekedar omongan sejak hari itu ibunya melakukan semua pekerjaan untuk mencari uang mulai dari menanam padi orang, mencuci pakaian orang, menjaga bayi, giling padi menjadi tepung dan berjualan kue di warung warung, semua pekerjaan dilakukan ibunya untuk membantu can.
Can pun melakukan hal yang sama ia melakukan segala hal untuk membantu ibunya mulai dari bekerja di toko penyewaan papan bunga hingga kemudian terpaksa keluar karna ditempat tersebut Can harus bekerja sampai jam 2 malam, kemudian dia berjualan parfum saat tokonya mulai rame Can di keluarkan sebelah pihak dan di gantikan dengan orang lain kemudian Can kerja berjualan di konter kartu internet juga berjualan resoll panas , serta mengajar di beberapa tempat yang membutuhkan jasanya. Semua kegiatan ini Can lakukan sepulang dari kuliah sampai larut malam, dia tak punya waktu bermain seperti remaja seusianya yang bebas bermain, yang kuliah tanpa harus memikirkan biaya, itu semua tidak berlaku untuk dirinya.

Ketika bulan ramadhan tiba Can bangun subuh hari untuk mulai membuat adonan kue untuk di jajakan di pasar ramadhan pada sore hari, dia baru pulang ke rumah setelah solat magrib. Begitu selesai solat tarawih dia pergi ke warung untuk berbelanja bahan kue untuk diproses besok pagi. Rutinitas itu terus terulang sampai ramadhan habis. Hasil dari penjualan bulan ramadhan digunakan separuh untuk kebutuhan rumah, sebagian untuk membayar spp kuliahnya dan sebagian lagi untuk melunasi hutang kuliah di semester ganjil, karna ramdhan biasanya berdekatan dengan waktu pembayaran spp semester genap. Dan kisah keseharian Can ini terus berulang dan berlanjut hingga can selesai kuliah.

 

Nyalanesia bekerja sama dengan ribuan guru dan kepala sekolah di seluruh Indonesia untuk bersama-sama membangun jembatan literasi agar setiap anak punya kesempatan untuk mewujudkan mimpi.

Pendidikan adalah alat untuk melawan kemiskinan dan penindasan. Ia juga jembatan lapang untuk menuju rahmat Tuhan dan kebahagiaan.

Mendidik adalah memimpin,
berkarya adalah bernyawa.

Nyalanesia bekerja sama dengan ribuan guru dan kepala sekolah di seluruh Indonesia untuk bersama-sama membangun jembatan literasi agar setiap anak punya kesempatan untuk mewujudkan mimpi.

Pendidikan adalah alat untuk melawan kemiskinan dan penindasan. Ia juga jembatan lapang untuk menuju rahmat Tuhan dan kebahagiaan.

Mendidik adalah memimpin,
berkarya adalah bernyawa.

Artikel Terkait

Legenda Danau Laut Tawar

Sumber Youtube MIN 27 Aceh Besar Dari video ini menceritakan tetntang kisah Danau laut Tawar dalam bentuk story telling. Story telling ini dibawakan oleh Nurul Izzah siswi MIN 27 Aceh Besar pada ajang lomba Marssal 8 MTsN Model Banda Aceh. Dalam story telling ini menceritakan pada zaman dahulu di tanah Takengon, Aceh hiduplah seorang putri

Baca selengkapnya...

Sang Inspirator

    Menurut Peter F.Drucker, “Pemimpin yang efektif bukan soal pintar berpidato dan mencitrakan diri agar disukai. Kepemimpinan tergambar dari hasil kerjanya, bukan atribut-atributnya”. Berbicara mengenai pemimpin … sosok kepala Madrasah MIN 27 Aceh Besar sudah malang melintang dalam dunia pendidikan, sudah banyak sekolah yang dibawah kepemimpinan beliau berhasil menjadi sekolah favorit. Hal tersebut tidaj

Baca selengkapnya...